Banjir di Kalangan Wong Tajir
Banjir di Jakarta? Hah!? Halah! Gak usah kaget! Dari dulu kan udah biasa. Wong Tajir yang punya villa-villa mewah di puncak, yang katanya daerah resapan air hujan, sekarang kena batunya. Rumah mereka banyak yang kena genangan air. Tapi kenapa wong cilik ikut kena getahnya, ya? Allah kan Maha Adil, gimana kalo begini? Mungkin pertanyaan itu sering muncul di benak kita setiap ada bencana yang melanda negeri kita, Indonesia.
Kenapa yah kok Indonesia sial melulu? Kapan Badai ini Berlalu? Satriyo piningit katanya udah kepilih. Apa ini yang disebut dengan istilah "GORO-GORO". Dulu sewaktu suami kerja di radio swasta di Jogja, pernah mewawancarai Permadi, SH di Hotel Garuda. Beliau bilang,"...menurut Notonogoro, pemimpin Indonesia itu akan selalu mengikuti namanya... NO - SoekarNO... TO - SoeharTO... yang berikutnya adalah NO lagi..." Wawancara terjadi pada bulan Pebruari 1994, dimana orang jarang yang berani ngomong 'vokal' selain Permadi dan Sri Bintang (Amien Rais baru muncul begitu beliau didepak dari ICMI sekitar taon 96-97). Selanjutnya Permadi bilang begini,"...ada persepsi lain yaitu setelah muncul presiden NO, maka akan timbul GORO-GORO..."
Banyaknya bencana yang melanda Indonesia, jadi keingetan lagi deh masa lalu di bulan Pebruari ini. Ada yang ikut-ikutan ngerayaain Valentine Day (orang Bandung nyebutnya "Palentin Deu'i"), termasuk radio tempat ayahnya anak-anak kerja dulu. Rekaman selama 2 1/2 jam bersama Permadi, SH pada kenyataannya gak diudarakan sepenuhnya karena isinya yang 'pedes' (gak tau cabenya berapa tuh!). Apalagi radio tempat ayahnya kerja dulu adalah radio adiknya Pak Harmoko (Menpen yang pernah menyeret Permadi ke penjara).
2 Comments:
Hihi.. iya pernah denger ramalan itu. Ada sebab pasti ada akibat... jadi ya mungkin Allah menyuruh masyarakat Indonesia berpikir lebih bijak lagi dlm bertindak.
Gimana kabar anak2?
Maaf, nyelonong masuk, sekaligus salam kenal,
Saya sedang nyari situsnya Pak Permadi SH, dan nyasar kesini,
menimpali tentang Jangka Jayabaya,
NOTO NAGORO, Setelah No-Soekarno dan To- Soeharto kemudian tiba pada era Goro-goro,(sak lebare No lan To mengkono tumiba aNa Goro-goro)
Saat inilah jaman goro-goro itu, atau disebut juga oleh Jayabaya sebagai jaman edan.
Waktu itu seandainya Soeharto mengikuti Jangka Jayabaya bukannya mengikuti kata-kata Harmoko,
maka tidak akan sampai pada jaman edan seperti sekarang ini...
Setelah Soeharto, jika menurut Jangka Jayabaya seharusnya adalah Soetrisna (Try Soetrisna), namun Soeharto waktu itu mengebiri langkah Soetrisna, bukannya mengkader dan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dan Soeharto lengser keprabon madheg pandita dengan manis,
tapi perjalanan sejarah berkata lain.
Jaman memang harus menjadi gila.
Hati-hatilah memilih presiden mendatang,
Buka mata - buka hati, jangan salah pilih presiden...
Was Salam
Post a Comment
<< Home